7 Alasan Kuat Kita Tetap Merokok, Meski Sudah Tahu Akibatnya

Merokok adalah aktivitas yang dilakukan sebagaian besar orang. Meski kita tahu bisa memberi gangguan kesehatan, terutama di jantung, gigi dan kuku yang menguning, hingga merugikan orang lain, kita ternyata masih melakukannya.

Dari hasil survei GATS yang dilansir dari Kemkes.go.id memberikan pernyataan yang mendukung. Dalam 10 tahun terakhir, terjadi peningkatan perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang dari 60,3 juta orang (2011) menjadi 69,1 juta (2021).

Hasil survei lainnya juga menunjukkan bahwa sebenarnya perokok ingin untuk berhenti yang persentasenya sebesar 63,4%. Angka yang cukup tinggi, tetapi kenapa kita tetap meneruskannya?

Mari coba ketahui 7 alasan kuatnya berikut ini, sehingga membuat kita mengabaikan dampak negatifnya.

1. Merokok itu keren

Inilah alasan yang sering kita dengar dan sebagaian besar diucapkan oleh remaja. Kecendrungan itu diraih melalui film, iklan, video game, dan sebagainya, yang menunjukkan bahwa merokok itu asik, glamour, dan aman, serta harganya relatif terjangkau.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI, Dante Saksono Harbuwono juga menyebut bahwa kecenderungan remaja mulai merokok disebabkan oleh iklan dan meski dapat ditekan, di internet masih ada saja yang mengandung penawaran yang membuat kita tertarik.

Jadi tidak heran, bahwa sebatang rokok di tongkrongan begitu berarti bagi mereka. Pabrik rokok juga tidak ragu untuk terus berinvestasi besar-besaran dalam upaya meyakinkan konsumennya, apa dan bagaimana pun caranya.  

2. Merokok karena coba-coba

Rasa penasaran kita begitu alamiah dan begitu kuat. Terkadang kita pun bersikeras untuk menemukan suatu jawaban.

Sama halnya dalam konteks ini, beberapa pertanyaan yang sering muncul, seperti “bagaimana, ya rasanya?”, “benarkah itu bisa membuat kita keren?”, “apakah dengannya masalah ku bisa selesai”, dan masih banyak lagi.

Seringkali kita juga mendapati sosialisasi atau penjelasan yang setengah-setengah dan penekannya hanya pada “dilarang merokok”, bukan menceritakan apa itu rokok, sejarahnya, kandungannya apa, dsb. padahal dengan begitu akan menjadi lebih menarik.

Keingintahuan yang tinggi itulah yang membenarkan “sebatang rokok akan diikuti sebatang rokok lainnya”.

3. Merokok agar fokus

Tuntutan karier maupun pekerjaan yang sedang ditekuni saat ini, tentu saja berbeda-beda setiap orang. Namun yang pasti, bahwa setiap tuntutan melibatkan aspek fisik, sosial, dan psikologis. Kecepatan bekerja dan tingkat kesulitannya juga menentukan seberapa besar kita dapat menyelesaikannya dengan tepat.

Akan tetapi, sekadar berusaha nyatanya tidak cukup, apalagi seringkali kita mendapati diri mengantuk, kelelahan, dan sebagainya. Padahal apa yang ingin diselesaikan, malah jadinya tertunda dan tidak selesai tepat waktu, serta tidak sesuai ekspektasi.

Rekomendasi pun muncul untuk memulai rokok, dengan mitosnya yang mengatakan bahwa merokok dapat meningkatkan fokus, padahal sama sekali tidak ada hubungannya, kata Dr. Adhi Wibowo, Nurhidayat, SpK J(K) MPH, Psikiater RS Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta. Efek itu bisa dirasakan ketika menghisap rokok, karena nikotin bisa menjadi stimulan yang merangsang tubuh memproduksi hormon adrenalin, sehingga kita bisa merasakan energi meningkat dan menjadi lebih fokus, yang bukan sesungguhnya dan sifatnya sementara.    

Kita paham bahwa pekerjaan, seperti artist, programmer, video editor, dan lainnya memiliki tuntutan yang tinggi dan kualitas yang berbicara. Apalagi dalam kondisi ekonomi yang belum stabil, menjadikan rokok sebagai alternatif yang murah.

4. Merokok untuk mencari kedamaian

Ketika tujuan kita adalah kedamaian, apa pun hal yang mampu mengalihkan tekanan hidup pasti diteruskan, termasuk merokok. Tidak peduli pembakaran rokok yang biasa kita sebut tar ini membuat gigi dan kuku meninggalkan noda kuning atau cokelat.

Pengabaian ini menunjukkan bahwa hidup kita sedang tidak baik-baik saja. Bisa saja bukan karena tuntutan pendidikan atau pekerjaan, tetapi karena kehilangan sesuatu yang penting dalam hidup, yang tidak tergantikan oleh apa pun, dan terbantu oleh eksistensi rokok.

5. Merokok menjadi pembuktian

Jujur saja, kita ingin setiap orang mengetahui dan tertarik dengan jati diri kita sebenarnya. Mulai dari umur 9 tahun, kita sudah memiliki keinginan untuk berjalan di atas mimpi diri dan menciptakan ide yang ideal untuk hidup.

Kita pun sejatinya yang beranjak remaja mulai mengamati secara realistis lingkungan rumah tangga, teman, pendidikan dan sebagainya menjadi kerangka ideal untuk menjalani kehidupan, karena berada pada fase otak yang disebut prefrontal cortex.

Namun yang sering terjadi adalah kurangnya bimbingan dan dukungan dari orang terdekat, termasuk orang tua, sehingga terjadi pembangkangan karena tidak memberikan penjelasan logis dan ego untuk wajib mengikuti keputusan mereka, bukan keputusan sendiri.

Sehingga mengakibatkan kita lebih memilih tongkrongan, karena cenderung didengarkan. Selain itu, terkadang kita bisa menemukan nilai-nilai kehidupan dan pengalaman dari kawan yang bisa jadi sangat berarti.

Selain itu, propaganda pernah terjadi pada tahun 1929 di Amerika Serikat. Seorang yang bernama Edward Bernays ditunjuk oleh George Washington (Presiden American Tobacco Company) untuk memimpin kampanye “The Torches of Freedom” yang saat itu berhasil menjadikan rokok sebagai simbol kebebasan bagi wanita, dengan dalih memperjuangkan hak kesetaraan yang sama dengan laki-laki untuk merokok. Kontroversi tersebut mendorong peningkatan dua kali lipat penjualan salah satu merek rokok.

Dua hal tersebut menunjukkan, bahwa keputusan dibuat berdasarkan nilai-nilai yang mampu menyentuh hati kita.

6. Merokok karena mengikuti

Pada dasarnya kita semua adalah peniru, yang menunjukkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar, terutama mengamati tingkah laku orang tua sebagai yang terdekat.

Hal ini dimulai sejak kita berada di usia 1 tahun ke atas dan tidak bergantung pada seberapa baik atau seberapa benar kita dapat meniru, yang terpenting ialah bagaimana otak mampu menciptakan suatu keajaiban untuk mempelajari dunia yang baru.

Maka tentu saja, kebiasaan orang tua yang merokok, dapat membuat kita ingin tahu lebih banyak tentang rokok. Apalagi hal itu dilakukan secara rutin, sehingga aktivitas tersebut akan menjadi lumrah dan menjadi sesuatu yang dirasa positif, ucap Gracia Ivonika, M.Psi., yang dilansir dari Klikdokter.com

Dengan begitu, kecenderungan merokok lambat laun mulai terbangun, apalagi lingkungan pertemanan juga melakukan hal yang sama. Selain itu, meskipun upaya larangan merokok terlontar ataupun ajakan untuk berhenti. Ini akan menjadi tugas yang cukup sulit, karena kita sudah telanjur candu. Apalagi yang menyarankan ialah yang masih melakukan aktivitas tersebut.

7. Merokok karena kesepian

Merasa kesepian adalah bagian yang alami dalam diri manusia dan sejatinya, kita yang merasakannya cenderung mendambakan koneksi sosial yang baik.

Tetapi sayangnya, beberapa faktor yang mempengaruhi keterlibatan itu, antara lain sisi yang introvert, kurang percaya diri, merasa tidak dihargai, kehilangan karena kematian, hingga merasa terisolasi secara sosial, yang membuat kita merasa terganggu secara psikologis.

Perasaan ini juga menimbulkan masalah kesehatan fisik dan mental, seperti antisosial, risiko penyakit Alzheimer, stroke, memori dan pembelajaran menurun, hingga depresi yang juga mengarah ke upaya bunuh diri.

Karena rokok memiliki citra kuat yang dapat menenangkan diri dan mampu menghindari tekanan dari masalah di atas, tentu saja alternatif ini menjadi pilihan utama. Apalagi harganya yang tergolong cukup murah, dibandingkan antisipasi yang lain.

Dengan begitu, kita dapat melihat dari 7 alasan di atas, bahwa merokok bukanlah sekadar keinginan, tetapi bisa jadi kebutuhan.

Lalu, bagaimana cara berhenti?

Perlu riset dan kajian yang begitu mendalam, serta kesungguhan hati dari diri kita. Namun yang pasti, semuanya adalah pilihan hidup masing-masing dan pada intinya kalau kita tetap meneruskannya, jadilah perokok yang bermartabat, yang tidak merugikan lingkungan sekitar – Dr. Tirta

Bagikan:

Welcome..

Salam, saya Gung Ariska. Senang rasanya dapat dikunjungi olehmu. Semoga bermanfaat ya!

Categories

Newsletter

Dapatkan berita terbaru, subscribe sekarang!

Dukungan

Scroll to Top